MUSLIMAH WAHDAH PUSAT
MUSLIMAH WAHDAH PUSAT
TUTUP

Masjid sebagai Markaz Peradaban

Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Masjid dan aktivitas didalamnya merupakan markaz peradaban umat Islam. Masjid tak hanya menjadi tempat untuk melaksanakan ritual ibadah saja, namun juga) sebagai benteng pertama umat Islam dalam menjalankan berbagai aktivitas.

Pada masa dakwah Rasulullah, masjid menjadi pusat kegiatan keumatan, pendidikan, pembinaan, pemberdayaan, dan pengembangan masyarakat dalam segala aspek termasuk sosial, ekonomi, kesehatan, dan lainnya.

Masjid Quba di Madinah, menjadi bukti bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjadikan masjid sebagai sumber kekuatan umat Islam. Masjid Quba adalah bangunan pertama yang dibangun oleh Rasulullah tatkala beliau tiba di Madinah sebagai kota hijrah beliau, meninggalkan Makkah yang saat itu masih belum kondusif untuk mengembangkan dakwah Islam.

Rasulullah berpindah dari kota kelahirannya, Makkah, menuju Madinah. Dan setiba di Madinah, beliau tidak langsung membangun rumah yang indah untuk dirinya, tetapi malah membangun rumah Allah terlebih dahulu. Masjid ternyata menjadi pilihan pertama. Subhanallah.

Tentu saja ada pelajaran penting, yakni bahwa masjid adalah pondasi peradaban, markaz pertama, serta rumah yang nyaman bagi dakwah Islam dan bagi kaum muslimin. Nabi ingin memulai membangun peradaban Islam di Madinah, sehingga dibangunlah Masjid Quba.

Masjid Quba dan Masjid Nabawi, dua masjid yang pada masa itu masih sangat sederhana.  Awal mula Masjid Nabawi itu dibangun hanya beratapkan pelepah kurma yang dianyam, beralaskan kerikil-kerikil kecil, berukuran 30x30 meter dengan tiga pintu pada awalnya. Tiga saff pertama dengan atap, lalu di bagian tengah terbuka tanpa atap, dan bagian belakang merupakan tempat suffah .

Sungguh pelajaran yang luar biasa, bahwa masjid itu bukan soal kemegahan bangunan, tapi mengenai nilai strategis perjuangan di dalamnya. Masjid itu dibangun atas dasar takwa. Masjid yang menjadi magnet yang dirindukan bagi kaum muslimin.

Masjidlah yang menjadi tempat Rasulullah mengadakan taklim kepada para sahabatnya, membimbing mereka, meluruskan aqidah mereka, mengokohkan jiwa mereka untuk menjadi hamba Rabbani. Di masjidlah kaum muslimin menghidupkan spiritual mereka.

Masjid menjadi madrasah bagi kaum muslimin untuk mendapatkan ilmu. Di sana juga kaum muslimin lebih sering bertemu dan bermusyawarah serta membicarakan hal-hal penting yang berkaitan dengan kemaslahatan umat.

Masjidlah tempat klinik pertama didirikan dalam Islam. Ketika sahabat mulia Saad bin Muadz terluka parah pada perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan sahabat untuk membangun tenda dekat masjid agar beliau bisa dengan mudah mengawasi sahabatnya yang terluka.

Masjid Nabawi juga, yang menjadi tempatnya ahlussuffah, sahabat yang tak memiliki rumah menjadi penghuni suffah, semacam pemondokan yang dibangun berdampingan dengan Masjid Nabawi. Para sahabat menjadi lebih mudah untuk langsung belajar dan mengambil ilmu dari Nabi. Ada Abu Hurairah, Abu Dzar Al Ghifari, Salman Al Farisi, yang telah menjadi alumni suffah Nabi. Masjid memberikan perlindungan dan keamanan bagi kaum muslimin. Sungguh, masjid dengan segala aktivitasnya sejatinya menyatu dengan realitas kehidupan.

Sudahkah masjid kita seperti itu? Kalau belum, mari kita bangkitkan nilai-nilai spiritualitas dari masjid. Kita hidupkan kembali makna dan fungsi masjid sebagaimana manusia terbaik, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan dan mencontohkan.

Menjadi pemakmur masjid adalah sebuah keistimewaan. Rasulullah shallallahu alaihiwasallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, (3) seorang yang hatinya terpaut dengan masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lebih cantik, lalu ia berkata, 'sebenarnya aku takut kepada Allâh.' Dan (6) seseorang yang bershadaqah secara sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR.Bukhari Muslim)

Sungguh luar biasa keutamaan jika hati terpaut dengan masjid. Maukah kita menjadi hamba yang diberi naungan di akhirat kelak?

Penulis : Fitri Wahyuni

0 Komentar

Belum ada pesan

Tinggalkan Pesan