MUSLIMAH WAHDAH PUSAT
MUSLIMAH WAHDAH PUSAT
TUTUP

Mendulang Hikmah dari Keluarga Ibrahim

Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Ibrahim termasuk nama yang sering ditemui kisahnya dalam Alquran. Ketika membaca Al-Qur'an ada nama nama surah Ibrahim. Namun kisah beliau bukan hanya dalam surah Ibrahim, banyak kisah beliau dalam surah lain. 

Misalnya kisah bagaimana beliau membangun ka’bah di surah Al-Baqarah, saag dibakar hidup-hidup di surah Al Anbiyaa, tentang kisah dakwah beliau kepada bapaknya dalam surah Maryam, bagaimana beliau menyembelih anaknya dalam surah As-Shoffat. 

Olehnya kisah dan dakwah beliau sangat penting untuk dipelajari begitu banyak kisah beliau yang diangkat. Kisah dalam Al-Qur'an tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja. Dalam QS. Yusuf: 111, Allah berfirman

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah teladan dalam berbagai hal, termasuk dalam persoalan keluarga. 

Hikmah dalam Kisah Penyembelihan Ismail 

Dalam Qs. Ash-Shaffat: 102-111,  Nabi Ibrahim adalah teladan dalam berkomunikasi dengan keluarganya. Kepada ayahnya, beliau memanggil dengan sapaan “yaa abati” yang artinya wahai bapakkU sayang yang saya hormati, walau ayahnya adalah seorang penyembah berhala, beliau tetap memanggil dengan panggilan terbaik dan penuh kasih sayang.

Nabi Ibrahim dikaruniai Ismail kalau usia beliau telah mencapai 80 tahun lebih, dan dikaruniai Ishaq di usia 90 tahunan. Sepanjang usia beliau senantiasa bersabar, terus berdoa dan berharap dikaruniai generasi pelanjut. Setelah dikaruniai anak, Ismail, kala berusia 2thn, Nabi Ibrahim diperintahkan membawa keluarganya ke daerah dimana tanahnya gersang, tandus, tak ada air, makanan, dan tak ada orang yang bisa diminta pertolongan.

Ketika Ismail berusia remaja (sekitar 13 tahunan), beliau diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya. Beliau menggunakan sapaan “yaa bunayya” yang artinya anakku yang kusayangi/generasi harapanku, panggilan terbaik, penuh kasih dan doa untuk anak. 

Ini mengajarkan kita untuk senantiasa berkomunikasi dengan cara terbaik kepada anak, yang mana terkadang orang tua karena merasa berkuasa tak jarang menggunakan panggilan yang kasar terhadap anaknya.

Ketika Nabi Ibrahim menyampaikan mimpinya kepada anaknya, maksud penyampaian itu adalah sebagai instruksi atau perintah, bukan dalam konteks mendiskusikan syariat dalam hal melihat kesiapannya, bukan untuk bermusyawarah hukum Allah, bukan untuk tawar menawar

dengan hukum Allah, tetapi sekadar untuk menyampaikan sesuatu yang akan dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim.

Namun, pelajaran penting dari komunikasi beliau, walau berupa instruksi tetapi beliau tetap mengomunikasikan dengan cara yang paling baik, paling apik dengan pendekatan persuasif kepada anaknya.

Anaknya pun, Ismail juga membalas dengan perkataan, “yaa abati”. Ismail (kala itu belum diangkat sebagai nabi) juga menyapa ayahnya dengan panggilan sayang. Ismail melanjutkan jawabannya, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyā Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar,” memperlihatkan bagaimana kesiapan Ismail dan tetap menyandarkan sikapnya kepada Allah.

Bagaimana menjadi orang tua hebat dan anak tangguh?

Yakni dengan memadukan antara doa memohon taufiq dari Allah dan proses pembinaan atau tarbiyah. Kita tidak bisa mengandalkan diri kita tetapi diiringi dengan doa yang tak berhenti. 

Kalau kita pelajari dari kehidupan Nabi Ibrahim, banyak sekali doa-doa terkait permohonan dikaruniai anak yang sholeh. Jauh sebelum dikaruniai anaknya, beliau sudah berdoa “rabbi habli minashsholihin..” Begitu pun dengan doa lainnya misalnya agar senantiasa mendirikan sholat, doa agar menjadi hamba yang dikenang kebaikannya, doa agar memiliki qalbun salim, dst.

Jangan hanya mengandalkan upaya kita, teori dakwah, teori memperbaiki orang tetapi padukan antara doa tiada henti dengan pendidikan.

Bagaimana Menjadi Ayah Hebat?

1. Imam spritual: penanaman aqidah dan menggemarkan ibadah. Nabi Ibrahim ahli tauhid, membangun kakbah,dll

2. Ketaatan total tanpa ada rasa berat dan teladan dalam berdakwah, melawan Namruz, dll..

3. Memiliki pendamping shaleh/ah. Nabi Ibrahim memiliki istri yakni Hajar dan Sarah.

Sangat penting untuk mempersiapkan sejak awal ibu/ayah terbaik bagi keturunan kita. Hukum asalnya anak lahir dan orang tua yang sholeh. Olehnya perlu menyiapkan sejak awal atau sebelum menikah. Nabi Ibrahim juga mencontohkan ketika mengunjungi Ismail sementara Ismail tidak dirumah. Lalu istrinya (yang tidak mengetahui kalau ternyata mertuanya yang datang) banyak mengeluh dan menceritakan keburukan rumah tangganya. Lalu Nabi Ibrahim berpesan agar menceraikan istrinya.

4. Komunikatif dan bijak tanpa henti. Nabi Ibrahim sangat komunikatif pada saat meninggalkan keluarganya di Ka’bah dan saat akan menyembelih anaknya.

5. Mengondisikan lingkungan terbaik. Senantiasa dekat dengan rumah ibadah dan lingkungan Islami. Nabi Ibrahim menempatkan istrinya dekat Ka’bah serta membangun ka’bah tersebut.

Bagaimana Menjadi Anak Tangguh

1. Taat kepada Allah sebelum taat kepada orang tua

2. Taat dan khidmah kepada orang tua

3. Sabar di semua medan dan ujian

4. Banyak ibadah dan berhias dengan akhlak

Materi ini disamping oleh Ustadz Yusran Anshar, Lc, MA, Ph.D dalam Taklim Sakinah oleh Muslimah Wahdah Islamiyah Sulawesi Selatan, Ahad (1/6/25).

Penulis : Fitri Wahyuni

0 Komentar

Belum ada pesan

Tinggalkan Pesan