Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR,
Sejatinya sebuah pengorbanan merupakan jalan untuk menyempurnakan ikhtiar dan diperlukan disetiap fase kehidupan dan selalu saja ada sosok-sosok teladan yang menghiasinya. Demikian halnya kisah hidup para Nabi dan Rasulpun menjadi sempurna keteladanannya dengan adanya pengorbanan mereka.
Meraih Puncak Keimanan dalam Manisnya Pengorbanan menjadi tema seragam pada acara Nasional Semarak Dzulhijjah 1443 H. Terlaksana pada 24 Kabupaten di Wilayah Sulawesi Selatan, secara daring melalui Zoom Meeting dan luring di daerah masing-masing sesuai titik nonton bareng. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari. Makassar, Sabtu-Ahad (25-26/6/22).
Semarak Dzulhijjah yang bertajuk pengorbanan ini merepresentasikan kisah cinta sejati yang melahirkan pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bersama putranya Nabi Ismail ‘alaihissalam. Seperti yang disampaikan oleh pemateri dari Ketua Ketua Departemen Dakwah Muslimah Wahdah Pusat, Ustadzah Hj. Lisa Harits, SP., ia mengatakan bahwa hari ini kita berada dalam kondisi krisis figur teladan, maka bulan Dzulhijjah ini mengajarkan kita tentang keteladanan pada kisah Nabi Ibrahim tentang arti sebuah pengorbanan.
”Dan Ibrahim berkata, wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi aku menyembelihmu. Coba bayangkan anak yang sudah kita minta untuk dianugerahkan hingga anak itu terlahir. Namun jawabannya sunngguh luar biasa, wahai ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. In syaa Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang- orang yang sabar. Mungkin pada konteks ayat ini kita akan melihat begitu besar arti dari sebuah pengorbanan,” jelasnya mengulas QS. As Shaffat:102.
Lebih lanjut Ketua Departemen Dakwah Muslimah Wahdah Pusat ini memaparkan dialog dalam sebuah video singkat antara seorang bapak dan anak. Membahas konteks bagaimana Nabiyullah Ibrahim alaihissalam melakukan dialog untuk meminta pendapat ke anaknya perihal mimpi yang menjadi wahyu bagi sang Nabi.
“Namun yang luar biasa pada kisah ini, apa yang dikatakan Ismail kecil waktu itu, wahai ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Buknkah itu berangkat dari sebuah keimanan, bukankah itu brangkat dari sebuah ketundukan dan ketaatan yang besar di sisi Allah. Darimana ketaatan itu hadir, itu tidak lahir serta merta, ia akan dihidupkan dengan sebuah kultur, dalam sebuah pembiasaan yang ada pada sosok seorang ibu,” paparnya penuh semangat.
Membahas relevansi pengorbanan dalam QS. Al An’am:162 di akhir materi, menjelaskan ayat tersebut, katakanlah sesungguhnya sholatku, ibadahku, hanyalah untuk Allah. “Maka bagaimana mungkin kita telah menyerahkan seluruh bentuk-bentuk ketundukan kita, menyerahkan ibadah kita, kehidupan dan kematian kita hanya untuk Allah, maka jika hari ini kita hanya berfikir mau mengorbankan sluruh tenaga dan pikiran kita dalam pengorbanan dunia, maka betapa rendahnya obesi kita, karena sejatinya pengorbanan itu adalah sesuatu yang menuntut bagaimana keimanan kita juga hadir dalam kekuatan ujian-ujian tersebut,” jelasnya.
Nampak hadir juga dalam kajian tersebut melalui Zoom Meeting Ketua Bidang III Penguatan Ketahanan Keluarga Ibu Hj. Andi Hamdaniah Irawan mewakili TP PKK Sulsel dalam membuka kegiatan. Hamdaniah menyampaikan tentang keistimewaan sepuluh hari pertama di Bulan Dzulhijjah serta apresiasi kepada penyelenggara kegiatan.
”Kami mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada pihak penyeleggara, meskipun melalui virtual in syaa Allah tidak mengurangi esensi atau substansi materi tentang pentingnya menyemarakkan dan menyambut bulan Dzuhjjah ini, sebab amalan di dalamnya akan memberikan kita kesempatan untuk meningkatakn kualitas keimanan kepada Allah dan Rasulnya. Kami dari Tim Penggerak (TP) PKK selalu mendukung, segala bentuk kegiatan berupa kajian islam seperti ini,” ungkapnya.
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Muslimah Wahdah (MW) Sulsel, Megawati Abdul Kadir mengatakan bahwa ini adalah kegiatab nasional tahunan yang dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia, sebab itu ia menekankan pentingnya moment ini untuk memberikan pencerahan kepada ummat. “Bulan Dzulhijjah secara khusus punya kemuliaan tersendiri dan ada begitu banyak amalan yang bila dilakukan di bulan Dzulhijjah itu tidak ada di bulan-bulan lainnya. Ini menjadi penting bagi kami untuk senantiasa memberikan pencerahan kepada ummat dan memurajaah kembali apa yang sudah pernah dan kita pahami sebagai bekal memasuki Dzulhijjah hingga tidak berlalu begitu saja tanpa amalan khusus yang kita lakukan. Sekaligus juga kegiatan ini jadi ajang silaturahim untuk muslimah kita agar ikatan ukhuwah bisa terjalin dengan baik,” tuturnya.
Dirinya juga menyampaikan bahwa selain bergerak dalam bidang dakwah, MW juga bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan yang minimal bisa berperan aktif melayani kebutuhan masyarakat. Lanjut Ustadzah Megawati, bahwa pada bidang dakwah mereka berusaha mmbrikan dakwah umum, membuka pengajian-pengajian mulai dari ibu-ibu, anak sekolah dan remaja di kampus-kampus. “Kami coba dengan sebuah azzam bahwa semoga dengan dibukanya lini-lini pembinaan pada muslimah ini bisa memperbaiki peran perempuan di Negeri kita. Kami juga ada program pembinaan dan pengembangan keluarga, ini ut tetap membackup seluruh peran-peran kemuslimahan yang berhubungan dengan rumah, bagaimana menjadi istri, bagaimana menjadi ibu, mengurus anak, bagaiman di keluarga besar,” ungkapnya lebih lanjut
0 Komentar
Belum ada pesan