Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, "Siapa kita? "Mujahidah Qur'an!" "Khoirukum Man Ta'allamalqur'aana Wa'allamah!" "Sebaik-baik diantara kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya!"
Hadist mulia amunisi semangat para Mujahidah Al Qur'an terdengar menggema di Gedung Pola Kantor Gubernur Sulawesi Selatan pagi ini, Ahad (26/5/24). Dilaksanakan secara hybrid, sebanyak 448 Muslimah pengajar Dirasah Orang Dewasa (Dirosa) hadir memadati. Sebanyak 470 Muslimah pengajar Dirosa yang tersebar di berbagai daerah SulSel turut juga meramaikan melalui via Zoom.
Kegiatan Silaturahmi pengajar Dirosa ini dilaksanakan oleh Divisi Pendidikan Pengembangan Dasar Al Qur'an (P2DQ) Muslimah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sulsei sebagai ajang silaturahmi kepada seluruh pengajar Dirosa di berbagai daerah SulSel dan juga sarana berbagi kisah dan pengalaman inspiratif Napak tilas perjalanan dakwah Al-Qur'an hingga terbentuknya Dirosa di seluruh Nusantara mulai wilayah hingga daerah-daerah.
Meniti jejak perjuangan dakwah Al Qur'an tidak akan pernah menemui jalan yang lurus. Peletak pondasi utama memiliki peran penting dalam perjuangan dakwah Al-Qur'an. Refleksi Napak tilas perjuangan menorehkan tinta yang sirat akan makna bagi penerus selanjutnya. Jika dulunya hal biasa ditemui semangat mengajarkan anak-anak tentang pengajaran Al Qur'an, maka hal yang tidak biasa yang merupakan sebuah keresahan para orangtua dan lansia atas ketidaktahuan merekab membaca dan mengenal huruf Al Qur'an menjadi awal mula terbentuknya Dirosa.
Dalam penyusunan buku dirosa oleh penulis Ustadzah Dra. Sunarsih pun mengkisahkan perjalanannya bersama pejuang Dirosa dihadapan para peserta. "Cikal bakal terbentuknya Dirosa berawal tahun 1990 yang terdiri dari 5 orang Muslimah ialah Suhartini, Suyatmi, Rupianti, Supadmi dan Sri. Ketika itu TPAI masih menggunakan iqro dan masih privat yang berpusat di jalan harapan Sungguminasa Gowa," Ungkap Sang penulis buku Dirosa ini.
Kemudian pada tahun 2000 pertama kalinya pembelajaran Al Qur'an menggunakan cara klasikal di Masjid Jami Istiqomah di jalan KH Wahid Hasyim Sungguminasa Gowa. "Hj Najma dan ibu Zainab yang memprakarsai. Mereka saat itu sebagai pengurus majelis taklim setempat dengan melibatkan tim kecil SIQRANSA. Adapun tim kecil yang terbentuk Syamsiah Nur, Mukhlisah, Umi Farida dan lain-lain," lanjutnya.
Pada tahun 2007 terbentuklah nama, buku, metodelogi dan terbentuk tim 12. Lalu masuk ke era P3Q MWP oleh ustadzah Panterlina dan Ustadzah Nurjanah maka di tahun 2021 terbentuklah tim Dirosa diseluruh Nusantara mulai wilayah hingga daerah-daerah. Dari seluruh hasil kolaborasi Wahdah Islamiyah DP2DQ, DP2TQ, DP2FQ dan DPTQ. Dengan penuh tekad yang bulat, kuat dan semangat yang digambarkan Tim Pengajar Dirosa (TPD) dari Gowa.
Perjalanan buku dirosa diharapkan sebagai buku yang menjadi cahaya menerangi jalan sebagai pejuang di jalan Allah dalam menerangi jutaan kisah yg membersamai. Salah satu akhlaq pengajar dirosa ialah selalu meminta doa kepada Allah untuk yang di ajar Al Quran dalam memperkuat diri. Jejak cahaya Al-Qur'an dari hamba pilihan Allah diantaranya Said bin Zaid Radhiyallahu Anhu Al Mubasyirunnah bil Jannah, Abu Hakam bin Hisyam atau yang kita kenal Umar bin Khattab yang Rasulullah berdoa diijabah oleh Allah.
Kisah wanita penjaga Al Qur'an dari istri Rasulullah yaitu Ummu mukminin yang dipilih untuk menjaga lembaran Al Qur'an( Hafsah istri Rasulullah). "Allah cukupkan kita pandai membaca Al Qur'an adalah suatu kemuliaan ,apalagi kita yang Allah anugrahkan amanah sebagai pengajar Al Qur'an. Melihat indahnya sampai ke hati hamba terbaik hamba pilihan adalah Alquran yg diturunkan Rasulullah menjadi cahaya dalam Alquran ini," ungkap Trainer nasional Muslimah Wahdah Islamiyah ini.
Berbagi kisah menapaki jejak dakwah Al Qur'an memberikan kesan mendalam. Jejak hidayah Muslimah pilihan pengajar Dirosa berbagi pengalaman awal dan perjalananya hingga kini berjuang berbagi kisah. Seorang Mudarrisah tinggal di Malakaji Gowa mengajar Dirosa Hj Syamsinar berbagi kisah.
"Awalnya Ingin tahu mengaji. Sudah membeli Qur'an yang jutaan tapi belum tahu juga. Lalu bertemu pelajar dirosa tahun 2010 bertemu di sekolah. Sampai pertemuan 10. Berlanjut karena saat itu pengajar kami menikah, di tahun 2017 bersama teman belajar kesana kemari ikut-ikut belajar Dirosa. Diperjalanan kami menjadi ketua Muslimah Wahdah Ranting (MWR) membina desa lain, mengajar ibu lansia 80 tahun semangaat sampai bermalam dan menggunakan bahasa daerah naik ojek, "ungkapnya.
Harapan kami keluarga dan sahabat harus bisa membaca Al Qur'an dan bagaimana cara merekrut desa tempat kelahiran kami. Desa kami terkenal sebagai santri orangtua yang sudah bungkuk. Pesan saya jangan berhenti dan tetap semangat. Menyelamatkan saudara kita agar fasih dan bisa bertemu di surga nanti," tambahnya sembari tersenyum.
Adapun kisah indah yang dikisahkan menyeka sesekali air mata atas keistiqomahsn kisah Dirosa. "Salah satu kisah seorang Muslimah yang sakit berada Ruang ICU ia tidak ingin meminta apapun, melainkan meminta teman Dirosanya untuk membacakan ayat Al Qur'an. Teman dirosanya saling bergantian membacakannya Alqur'an hingga ajal menjemputnya. Adapun kisah kedua Salah seorang Muslimah yang sementara belajar Dirosa di pertengahan ajal menjemputnya dan ia meninggal di pangkuan Ustadzahnya, " ungkap Daiyah ini.
Semoga Allah menguatkan kita di jalan memperjuangkan dakwah Al Qur'an. Allah menurunkan ketenangan dan rahmat sehingga menjadi seorang yg menjadi sebaik-baik manusia Kembalinya dan jatuh cintanya pada Al Quran. Menguatkan keikhlasan untuk bertahan dan komitmen hingga akhir. Memiliki hati yang bersih dalam memperjuangkan agama Allah dalam menapaki jejak langkah mendakwahkan Al Qur'an.
0 Komentar
Belum ada pesan