Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Palestina memiliki sejarah yang sangat panjang, terbentang dari zaman para nabi hingga masa kini. Sejarahnya penuh dengan kisah heroik, diukir dengan tinta perjuangan di atas lembaran penaklukan yang bergulir dari satu masa ke masa selanjutnya, dari satu umat ke umat berikutnya. Ia selalu menjadi tanah rebutan yang di akhir peradaban akan dibenamkan oleh pejuang yang telah ditakdirkan.
Palestina adalah bukanlah sekedar sebidang tanah. Konflik yang hari ini kita saksikan bukanlah soal perebutan tanah dan kekuasaan. Ia adalah akidah. Hamparan bumi yang tidak bisa lepas dari sejarah Islam dan kaum muslimin. Nafasnya adalah ketauhidan. Maka ketika atmosfer kesyirikan, kejahiliyahan, dan kezaliman tersebar di atasnya akan didatangkan para penakluk untuk membebaskannya, menjernihkan kembali udaranya. Perjuangan adalah denyutnya nadinya. Yerusalem adalah jantungnya dan Al Aqsa adalah garis merah (redline). Demikian Erdogan menyebut Al-Aqsa baru-baru ini (tahun 2021) sebagai respon terhadap Amerika yang menyatakan dukungan penuh dengan Israel yang berniat mengambil alih jarak selain secara total.
Sejarah Palestina, khususnya Baitul Maqdis dan lebih khusus lagi Masjidil Aqsa dimulai bersama dengan kehidupan itu sendiri. Dilakoni oleh nenek moyang seluruh umat manusia Nabi Adam alaihissalam.
Masjidil Aqsa dibangun oleh Nabi Adam alaihissalam setelah beliau membangun Ka'bah sebagai bangunan pertama di atas muka bumi sesuai perintah Allah. Diriwayatkan dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu Anhu, ia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah tentang masjid pertama yang diletakkan di bumi. Beliau menjawab 'Masjidil Haram.' Aku bertanya, 'lalu masjid apa?' Beliau menjawab, "Masjidil Aqsa". Aku bertanya, "Berapa lama rentang waktu diantara keduanya?' Beliau menjawab, 'Selama 40 tahun. Setelah itu bumi adalah masjid bagimu. Maka di mana saja shalat menjumpaimu shalatlah. Ditambahkan dalam riwayat Bukhari: "Karena keutamaan di dalamnya." (HR Bukhari, Muslim dan an-nasa'i)
Di masa Nabi Nuh Alaihissalam kedua bangunan rusak karena banjir bah yang menimpa kaum Nuh yang membangkang. Keturunan Nabi Nuh menyebar ke pelosok berbeda menjadi nenek moyang ras dan suku bangsa, membawa misi menyebarkan tauhid untuk ditinggikan di atas bumi Allah. Maka terus bergulir panjang hingga sampai pada lembaran sejarah yang berkisah tentang kehidupan Nabi Ibrahim Alaihissalam khalilurrahman, kekasih Allah.
Nabi Ibrahim lahir di Babilonia, Irak, negeri yang makmur tapi kehidupan di dalamnya penuh dengan kesibukan jahiliyah yang saat itu dikuasai oleh Raja Namrud. Ibrahim yang haniif berdakwah untuk menghilangkan kesyirikan penyembahan kepada berhala, termasuk dilakukan kepada ayahandanya tercinta.
Tapi hidayah hanyalah Allah berikan kepada yang dia kehendaki. Ayahnya menolak untuk beriman kepada Rabb yang Esa. Akhirnya Nabi Ibrahim beserta istrinya, Sarah, juga keponakannya, Nabi Luth hijrah ke tempat yang diperintahkan Allah, yakni Palestina seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Baitul Maqdis adalah tanah harapan dan pusat keberkahan. Di sanalah beliau tinggal dan mengajarkan tauhid kepada anak manusia. Di Hebron, Al Khalil, tanah yang diberkahi Allah. Telah terabadi kisah keluarga luar biasa ini di dalam Alquran. Dari rumah Ibrahim Alaihissalam, Allah dikaruniakan Ismail dan Ishaq.
Ismail kecil yang Allah perintahkan untuk di tarbiyah di negeri yang kelak menjadi tanah petunjuk seluruh alam. Sedangkan Ishak bertumbuh di tanah penuh keberkahan juga untuk seluruh alam.
Bersama ayahnya, Nabi Ismail Alaihissalam membangun Ka'bah kembali dan Nabi Ishaq Alaihissalam menegakkan Masjidil Aqsa kembali.
Dari keturunan Nabi Ishaq 'Alaihissalam lahirlah Nabi Ya'qub 'Alaihissalam, ialah yang disebut Israil. Beliau memiliki 12 anak termasuk salah satunya adalah Nabi Yusuf 'Alaihissalam menetap di Palestina dan memelihara Al Aqsa.
Kisah Nabi Ya'qub dan Nabi Yusuf juga diabadikan Allah dalam Alquran bahkan dengan satu surah khusus bernama Surah Yusuf. Dari sejarah kita tahu, setelah Yusuf kecil "dikerjai" oleh saudaranya hingga akhirnya beliau terbawa ke Mesir dan takdir Allah membawanya menjadi pejabat penting di Mesir. Hatinya yang penuh kebaikan memaafkan saudaranya yang jahil itu dan membawa mereka semua untuk tinggal di Mesir. Naka beranak-pinaklah mereka di Mesir, tetapi Nabi Ya'qub di masa akhir hidupnya kembali ke Palestina dan wafat di sana.
Keturunan Nabi Yakub Bani Israil hidup di Mesir dibawa kekuasaan raja Mesir yang disebut Firaun. Salah satu raja Firaun yang paling zalim yang kemudian menyatakan dirinya sebagai rabb yang tertinggi adalah Ramses II. Di masa inilah (tahun 1250 SM) Allah mengutus lelaki pilihannya, Nabi Musa 'alaihissalam.
Nabi yang paling sering dikisahkan oleh Allah dalam Alquran begitu juga kaum Bani Israil. Sejarah yang Allah ceritakan kepada kita agar kita memberikan perhatian besar terhadap kaum Bani Israil. Bangsa yang Allah sisakan untuk kita sebagai ujian perjuangan dan ini sekaligus menjadi isyarat agar kita menunjukkan perhatian kita di masa depan untuk Masjidil Aqsa. Musuh yang sedang menguasai Masjidil Aqsa hari ini itulah mereka bangsa Yahudi, kaum Bani Israil. Simaklah torehan sejarah yang diabadikan Alquran, dalam Alquran surah Al-Maidah: 20-26.
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu dan menjadikan kamu sebagai orang-orang merdeka, dan memberikan kepada kamu apa yang belum pernah diberikan kepada seorang pun di antara umat yang lain.
Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh) nanti kamu menjadi orang yang rugi.
Mereka berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk.
Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, "Serbulah mereka melalui gerbang pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya, niscaya kamu akan menang. Dan bertawakkallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang yang beriman."
Mereka berkata, "Wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.
Dalil inilah yang selalu diangkat oleh orang-orang Israel yang bersikukuh bahwa bahwa tanah Palestina dihadiahkan untuk mereka. Padahal nenek moyang mereka mewariskan sejarah bahwa mereka sendiri yang menolak untuk memasuki Baitul Maqdis. Simaklah bagaimana tabiat Bani Israil yang tidak tahu mensyukuri nikmat, yang meninggalkan nabinya untuk membebaskan Baitul Maqdis, tanah yang dijanjikan, dihadiahkan untuk mereka.
Mereka katakan kepada pemimpinnya, Nabi Musa 'Alaihissalam, "Pergilah kamu bersama Rabbmu, kami akan duduk menanti di sini." Maka Allah menghukum mereka dengan larangan memasuki Al Quds selama 40 tahun. Mereka disesatkan Allah hingga berganti dengan generasi yang sholeh. Nabi Musa berlepas diri dari mereka dan meminta agar Allah mewafatkannya di dekat Baitul Maqdis. Dan Allah pun mengabulkannya, Nabi Musa wafat di dekat bukit merah, tempat yang sangat dekat dari Baitul Maqdis.
Mentadaburi ayat di atas membawa kita kepada sebuah refleksi pemikiran tentang apa yang terjadi hari ini pada Baitul Maqdis. Di antara kita kadang ada celetukan, "Untuk apa kita pusing memikirkan Palestina, sementara hidup kita saja sulit. Atau sentilan, "Biarlah kita menunggu di sini saja, cukuplah pejuang-pejuang di sana yang membebaskan Al-Aqsa."
Tidak kah itu mirip dengan jawaban Bani Israil saat diseru oleh Nabi Musa untuk merebut kembali Baitul Maqdis atas perintah Allah? Hari ini masih hidup ternyata ruh Bani Israil. Sebut saja Israil milenial. Tapi sunnatullah Baitul Maqdis akan terbebaskan. Kalaupun pemikiran-pemikiran Israil itu masih ada, Allah akan ganti kaum itu dengan generasi yang baru. Para murabithun.
Bersambung…
Sumber: Buku Labbaik, Yaa Aqsa! Oleh: dr. Muhyina Nur
0 Komentar
Belum ada pesan