MUSLIMAH WAHDAH PUSAT
MUSLIMAH WAHDAH PUSAT
TUTUP

Nomophobia, Ketergantungan Smartphone yang Patut Diwaspadai

Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Nomophobia berasal dari istilah no-mobile phone-phobia yang merupakan rasa cemas atau ketakutan akibat tidak terhubung dengan smartphone-nya yang disebabkan oleh beberapa kondisi seperti tidak ada jangkauan jaringan, kehabisan kuota, tidak ada baterai, dan sebagainya. 

Nomophobia ini merupakan salah satu gangguan yang dialami banyak orang, terutama gen Z dan milenial. 77% kelompok usia 18-24 tahun paling rentan mengalami nomophobia, dimana saat ini usia di rentan ini merupakan para generasi Z. Sedangkan 68% dialami oleh kelompok usia 25-34 tahun.

Penyebabnya, salah satunya karena penggunaan sosial smartphone yang berlebihan. Menurut penelitian, masyarakat Indonesia itu bisa menghabiskan 6 jam waktunya dalam sehari di depan smartphonenya. Bagi anak remaja kemungkinan lebih lama lagi durasinya. Padahal kata Istiana Tajuddin, psilokog alumnus UGM yang sehatnya itu penggunaan smartphone cukup 2 jam dalam sehari semalam.

Adapun ciri nomophobia

  • Menghabiskan banyak waktu untuk menggunakan smartphone, memiliki satu atau lebih smartphone dan selalu membawa pengisi daya.
  • Merasa cemas dan gugup memikirkan ketika smartphone tidak berada di dekat nya atau tidak dapat digunakan karena kekurangan jaringan.
  • Sering melihat layar smartphone untuk memastikan apakah ada pesan atau panggilan yang diterima
  • Mencoba menghindari sebanyak mungkin tempat dan situasi dimana penggunaan telepon genggam dilarang.
  • Memastikan smartphone aktif 24 jam, tidur dengan meletakkan smartphone di dekat nya.
  • Memiliki sedikit interaksi sosial tatap muka dengan orang lain karena merasa kurang nyaman dan cemas sehingga lebih memilih sering berkomukasi menggunakan smartphone.
  • Menghabiskan banyak dana untuk smartphone

Nah…ketika seseorang sudah merasakan sepertinya mengalami ciri-ciri nomophobia tersebut, agar tak memberikan dampak yang lebih buruk kedepannya, solusi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan digital detox. Berikut beberapa tanda atau alarm dimana seseorang sudah membutuhkan digital detox.

  • Merasa perlu untuk memeriksa ponsel terus menerus
  • Merasa tidak dapat berkonsentrasi kecuali nila sering memeriksa perangkat.
  • Merasa kehilangan sesuatu jika tidak memeriksa notifikasi  dan postingan sosial di ponsel secara teratur
  • Merasa sedih, marah atau cemas setelah menghabiskan waktu di media sosial.
  • Waktu akses ponsel mulai mengganggu tidur,  baik kuantitas maupun kualitas
  • Mulai membandingkan diri dengan orang lain di media sosial.
  • Lebih suka berinteraksi dengan individu  secara virtual daripada secara langsung.
  • Menyebabkan masalah dalam relasi maupun kehidupan kerja.

Istiana Tajuddin, M.Psi, psikolog saat menjadi narasumber kegiatan Digital Detox, Balancing Social Media and Mental Health yang diselenggarakan oleh Biro Humas dan Deperteman Media Informasi dan Komunikasi Muslimah Wahdah Pusat ini, juga menjelaskan bahwa gadget bisa menyebabkan gangguan tidur dan gangguan konsentrasi pada anak.

“Ketika berhadapan dengan gadget maka akan mengaktifkan sinaps, otak akan sulit untuk mencapai gelombang delta atau teta (gelombang otak saat tidur). Sebaiknya sejam sebelum tidur kita tak mengakses lagi smartphone lagi,” jelas psikolog remaja, dewasa dan keluarga ini.

Untuk mencegah gangguan akibat sosial media, Istiana menyarankan untuk melakukan mindfullnes atau kemampuan untuk hadir sepenuhnya, menyadari dimana kita berada dan apa yabg kita lakukan, dan tidak terlalu reaktif atau kewalahan dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Mindfullness ini juga bisa diterapkan tatkala digital detox, dengan cara:

  • Memulai pagi dengan aktivitas ibadah, olahraga atau aktivitas lainnya yang dapat membantu menikmati suasana di pagi hari.
  • Sebelum mengakses media sosial, cek terlebih dahulu perasaan diri sendiri. Setelah itu akses sosial media yang dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan.
  • Aturlah zona bebas ponsel maupun layar lainnya, minimal di rumah. Hal ini akan membantu untuk tidak tergoda mengakses telpon setiap saat.
  • Jalani waktu istirahat dengan kegiatan yang membantu diri tetap mindfull. Misalnya saat istirahat  makan siang, daripada scrolling medsos, ambillah waktu untuk menikmati obrolan serta makan siang tanpa ponsel.
  • Atur waktu untuk mengaktifkan dan menonaktifkan ponsel. Hal ini mengatur waktu akses ponsel dengan lebih baik.
  • Biasakan fokus mengerjakan satu tugas dalam satu waktu yang mindfull. Ngobrol, makan, membaca bahkan memasak, cobalah mindfull didalamnya.
  • Secara teratur, sadari dan refleksikan kebiasaan dalam menggunakan gadget. Sadari pula dampak penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari.

“Kadang kala kita juga tidak tahu etika menghubungi orang lain. Mungkin kita menganggap dia bisa dihubungi kapan saja, akhirnya di waktu malam pun kita menghubungi dan berharap bisa direspon, padahal oarng lain butuh waktu bersama keluarganya atau lagi istirahat,” jelas dosen Universitas Hasanuddin ini.

Ia pun mengingatkan bahwa sebagai manusia berakal dan berbudi, kitalah yang mengendalikan ponsel, bukan ponsel yang mengendalikan pikiran, perasaan dan perilaku kita.

Fitri Wahyuni

0 Komentar

Belum ada pesan

Tinggalkan Pesan