Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Duka yang masih menyelimuti di negeri ini, tepatnya di kota Palu masih begitu terasa. Menyimpan goresan, luka kesedihan yang teramat mendalam. Duka yang bukan hanya dirasakan oleh keluarga korban di kota Palu. Melainkan juga bagi seluruh umat yang ada di negeri ini.
Kondisi ini tergambar dalam hadist Rasulullah yang mengungkapkan bahwa “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasakannya, susah tidur atau merasakan demam.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Walaupun duka masih menyelimuti, tetapi kebahagiaan masih tetap ada. Di balik duka musibah Palu, terpancar kebahagiaan tersendiri bagi keluarga ibu Jamila. Hadiah terindah dibalik musibah yang menimpanya. Tepatnya pada tanggal 10 Oktober 2018, Pagi hari di Puskesmas Batua kota Makassar, lahirlah seorang bayi cantik yang bernama Muslimah Wahdah. Rasa syukur tak henti-hentinya terucap. Karena ia dapat melahirkan anak ke empatnya dalam keadaan sehat. Merasa terharu yang perjuangannya dari kota Palu ke kota Makassar tidaklah mudah. Meninggalkan tempat tinggal dan rumahnya yang hancur di Perumnas Baraloa Palu.
Seakan tak percaya bahwa atas kuasa Allah, ia dan keluarganya dapat selamat dari musibah itu. Masih teringat di benaknya Saat gempa yang terjadi saat itu. ia bersama suami dan anak ketiganya tidak ada di rumah. Mereka berada di Swalayan. Sedangkan kedua anaknya ada di rumah. Saat detik-detik kejadian, ia masih di dalam Swalayan, karena lupa masih ada kebutuhan yang belum dibeli. Sementara suaminya dan anaknya di luar. Saat mulai terjadi goncangan. Ia berusaha menyelamatkan diri bersama suami dan anaknya tercinta. Saat masih tergoncang mereka masih berada di dalam swalayan. Sampai-sampai pengunjung yang juga terjebak di dalam saling memeluk satu sama lain, yang jumlah mereka sepuluh orang. Ia meyaksikan kejadian yang mencekam. Bangunan yang di atas menjadi ke bawah dan tanah yang berada di bawah naik ke atas. Tak lama kebakaran juga terjadi karena dari bawah tanah tersebut menimbulkan api. Untung saja Swalayan itu terbuat dari kaca bukan tembok. Sehingga kaca itu dihancurkan. Terlalu panik, mereka berlari menyelamatkan diri. bahkan lari ibu Jamila ternyata lebih kencang dibandingkan suaminya. Bahkan ia juga tak sadar bahwa kondisinya sedang hamil. Perjuangan tak sia-sia, mereka sekeluarga selamat. Kedua anaknya di rumah juga diselamatkan oleh salah satu saudaranya yang menginap di rumahnya.
Situasi yang tidak mendukung, mereka memutuskan untuk ke Makassar dengan tumpangan kapal herkules. Awalnya mereka mengungsi di posko pengungsian asrama haji. Tetapi kondisi tak kondusif akhirnya memutuskan untuk pindah ke posko pengungsian Muslimah Wahdah Islamiyah DPC Makassar yang berlokasi di jalan Abu Bakar Lambogo nomor 111, kota Makassar.
Mengenai pemberian nama untuk bayi perempuannya. Ia mengungkapkan alasan menamainya Muslimah wahdah karena tersimpan banyak kenangan di posko pengungsian Muslimah Wahdah. Kenangan terdalam, terindah dan sangat tak bisa terlupakan, ” ini sebagai kenang-kenangan di posko ini. Bahwa saya pernah tinggal di posko Muslimah wahdah. “ Mereka Tim muslimah wahdah peduli ini terus dan terus mengurusi saya dari awal kedatangan, proses kelahiran hingga acara akikah ini, setiap saat mereka ada untuk keluarga sayasampai saya berfikir apakah mereka ini tidak punya kerjaan selain saya diurusi “. Dan tentunya Paling utama saya berharap agar kelak anakku bisa menjadi anak yang sholehah dan baik. Seperti ummi-umminya para tim muslimah wahdah peduli di posko ini, yang telah banyak membantu kami,” ungkap ibu muda berusia 33 tahun ini.
Dibalik musibah ada hikmah dibaliknya. Sebagai bahan pembelajaran untuk bisa menjadi orang yang lebih baik. ” Dari kejadian ini saya masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bertaubat menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, “tutupnya. (Nisa)
0 Komentar
Belum ada pesan