MUSLIMAH WAHDAH PUSAT
MUSLIMAH WAHDAH PUSAT
TUTUP

Teladani Keimanan dan Pengorbanan Nabi Ibrahim dalam Semarak Dzulhijjah

Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Momen penting menyambut Dzulhijjah ialah melalui Semarak Dzulhijjah yang diselenggarakan oleh Muslimah Wahdah Islamiyah secara serentak di berbagai wilayah di Indonesia, Ahad (26/6/2022). Adapun di wilayah Jawa barat, Semarak Dzulhijjah 1443H diadakan secara hybrid. Bagi peserta yang berdomisili di Bandung Raya diarahkan untuk datang ke Mesjid Nur Madinah Padasuka Bandung dan bagi yang berdomisili di luar bergabung mengikuti acara tersebut melalui aplikasi Zoom.

Dengan mengusung tema “Meraih puncak keimanan dalam manisnya pengorbanan”, kegiatan yang rutin diadakan setiap tahun ini menjadi sarana syi’ar kepada masyarakat untuk mendapatkan ilmu dan informasi mengenai keutamaan-keutamaan Dzulhijjah. Selain itu juga mengingatkan kembali peristiwa sejarah diberlakukannya syariat ibadah haji, qurban dan pengorbanan Nabi Ibrahim alaihisalam beserta keluarganya.

Hal ini senada diungkapkan Ketua Muslimah Wahdah Wilayah (MWW) Jabar, Ustadzah Dina Intan Sukmana, S.E. “Dzulhijjah adalah momentum pengorbanan, pengabdian dan manifestasi ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ujarnya.

Hadir sebagai pemateri dalam kegiatan Semarak Dzulhijjah ialah Ustadzah Sulvinah Saleh, S.S. Ia adalah seorang daiyyah, mudarisah dan trainer Muslimah. Dalam pemasaran materinya, Ustadzah Sulvinah menjelaskan terkait konsekuensi dari sebuah keimanan itu. Setelah mengakui keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dan tidak ragu untuk menjalankan apa yg telah diakui tersebut. “Konsekuensi keimanan adalah aplikasi dalam kehidupan yaitu bersungguh-sungguh berjihad, berjuang dengan harta dan jiwa, barulah bisa dikatakan bahwa keimanan kita benar,” tutur Ummu Husein sapaan akrabnya.

Lebih lanjut daiyah yang juga trainer ini menjelaskan bahwa Allah mengajarkan kita melalui teladan terbaik dalam kisah Nabi Ibrahim. Dikisahkan Nabi Ibrahim diberi kabar gembira akan dikaruniai seorang anak diusianya yang sudah tidak muda dan istrinya yang dalam keadaan mandul. Setelah anak yang telah lama dinanti telah hadir, Allah mengujinya untuk meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat yang gersang dan tidak berpenghuni. Namun Hajar dan Ismail yakin jika Ibrahim meninggalkan mereka karena perintah Allah, maka Allah pasti tidak akan meninggalkan mereka. Seperti itulah puncak keyakinan kepada Allah dan tidak bersandar kepada makhluk.

Kemudian Allah menguji Ibrahim kembali dengan perintahnya untuk menyembelih Nabi Ismail anak kesayangannya. Ibrahim dan Ismail pun kembali menunjukkan ketaatan, pengabdian, cinta dan pengorbanannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka Allah mengganti kesabaran dan pengorbanan mereka dengan menyelamatkan Ismail dan menggantinya dengan kambing yang besar, sehingga menjadi syar’iat Qurban hingga saat ini. “Tidak akan sampai pada puncak keimanan jika belum ada pengorbanan. Pengorbanan merupakan hasil dari pengabdian, dan pengabdian adalah wujud dari cinta,” ujarnya.

Di akhir pemaparan, ustadzah Sulvinah menyimpulkan hikmah dan pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim yaitu memiliki keteguhan iman yang sudah terlihat di usia muda, tanggung jawab kepada keluarga serta memiliki prasangka baik yang sangat kuat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

0 Komentar

Belum ada pesan

Tinggalkan Pesan