Muslimahwahdah.or.id - MAKASSAR, Dalam defenisi kata dan aktivitas dakwah kita akan menemukan banyak referensi terhadapnya. Di antara yang paling sederhana dan mudah diingat bahkan bisa kita gunakan parafrase kita sendiri adalah bahwa dakwah adalah suatu aktivitas yang mengajak orang kepada tauhid dan menjauhi thaghut atau dakwah adalah mengajak kepada ketaatan dan menjauhi maksiat.
Saya pribadi mengambil hikmah dalam perjalanan aktivitas dakwah saya selama ini bahwa dakwah adalah merubah mindset dari para objek dakwah. Merubah mindset-mindset bawaan yang sudah terlebih dahulu ada kepada suatu mindset baru yang cemerlang dan paripurna. Dan inilah bagian terberat dalam berdakwah.
Mengubah mindset itu tidak mudah. Mendatangkan satu mindset baru kepada seseorang atau kepada suatu komunitas yang sudah lebih dahulu memiliki mindset bawaan itu selaiknya kita menggali tanah untuk menanam sebuah bibit di sebuah media tanam pilihan. Ketika menggali itu kita tidak akan pernah menyangka akan menemukan banyak sekali benda-benda asing yang bahkan ada yang tak terduga. Ada kerikil dan batu hingga akar pohon lain. Tapi tak jarang kita juga akan mendapati berbagai rupa sampah plastik, cidukan pecah, peniti, stapler berkarat, sendal rusak, tali ember, kabel putus, gantungan kunci rusak. Benda-benda ini adalah ibarat mindset-mindset bawaan itu.
Pada saat itu kita punya pilihan untuk terus melanjutkan menggali (baca: berdakwah) atau pindah lokasi galian atau _stuck_ menggali, berhenti berdakwah, karena putus asa. Pun bisa jadi bahkan kita memutuskan dan memaksakan diri tetap menamam bibit kita di antara benda-benda asing ini.
Ketika memutuskan melanjutkan maka kita harus siap membersihkan benda-benda asing alias mindset-mindset bawaan ini walau resikonya tangan kita bisa saja lecet, pacul kita rusak, pegangannya patah, dll. Ketika kita berhasil bersihkan benda-benda asing ini pada saat itulah kita siap menanam bibit (mindset yang benar) ke dalam media tanam kita yang sudah bersih, gembur dan siap tanam.
Jika begini keadaannya bisa dipastikan in sya Allah tanaman kita akan tumbuh dengan baik dengan adaptasi yang juga lebih pas.
Namun jika pilihan kita adalah kita paksakan tanam dengan masih banyak berserakan benda-benda asing tadi maka bibit kita bisa saja seketika tidak bisa tumbuh alias mati. Atau boleh jadi tetap tumbuh namun dengan kondisi yang kerdil, tidak sehat dan pada akhirnya ya mati juga karena akarnya tidak leluasa menjalar. Sayangnya jika pilihan ini dikonversi pada aktivitas dakwah maka pilihan ini akan menjadikan dakwah menjadi gagal tersampaikan.
Adalah sebagaimana yang dialami Rasulullah Muhammad di masanya dahulu. Rasulullah datang membawa satu mindset baru ketika masyarakat jahiliyah Quraish sedang asyik masyuk dengan mindset bawaan mereka yang mendarah daging selama qurun hampir 500 tahun semenjak risalah terakhir dari nabi Isa alaihissalam dan sebagian jejak peninggalan syariat nabiyullah Ibrahim dan nabiyullah Musa yang jauh lebih tua. Budaya perang antar kabilah, penyembahan berhala dan api, mekanisme waris yang tidak humanis semisal istri bapak boleh diwariskan ke anak, ber-haji (thawaf) namun tanpa busana di sekitar baitullah, pembunuhan bayi-bayi perempuan, kecurangan dalam berdagang, riba yang merajalela, pemuliaan yang tinggi terhadap status pemimpin kabilah telah menjadi tantangan terbesar bagi Rasulullah untuk memasukkan mindset baru yaitu aqidah tauhid kepada masyarakat ini.
Dalam masyarakat kita hari ini, dakwah pun tak kalah berat. Terlalu banyak kontaminasi mindset dengan segala rupa dan macamnya yang membentuk masyarakat kita hari ini. Bahkan bisa dikata tantangannya lebih berat karena mindset bawaan masyarakat kita bukan hanya mindset paganisme tetapi juga mindset pengaruh globalisasi, termasuk sekularisme dan liberalisme, faham kekinian yang menjauhkan agama dari kehidupan dan mencampurkan adukkan agama dengan pemahaman yang sesat nan menyesatkan.
Selain itu, yang tak kalah menantang adalah mindset bawaan yang awalnya dari Islam itu sendiri sebagai efek akulturasi Islam di awal masuk ke nusantara. Mindset Islam yang awalnya murni ini lama kelamaan bercampur dengan budaya, peninggalan turunan, warisan leluhur, paradigma dan kebiasaan komunitas dll. Sekiranya mindset-mindset bawaan ini sejalan dengan syariat maka tentu dakwah hari ini menjadi lebih mudah. namun yang jamak terjadi adalah justru mindset-mindset bawaan ini lebih kepada sebuah warisan penjaga hegemoni kepentingan individu, tokoh atau entitas komunitas tertentu saja. Dan parahnya seolah ada budaya dan karakter tidak bisa menerima perbaikan atau evaluasi dari masyarakat kita jika didatangkan padanya suatu masukan atau kritikan. Masukan akan selalu dianggap sebagai ancaman. Inilah yang pada akhirnya menjadikan dakwah semakin berat karena masyarakat sudah nyaman dengan kondisi itu dan merasa tidak ada yang perlu diperbaiki.
Begitulah tantangan berdakwah. Namun apapun kondisinya bagi mereka yang bermental kuat tidak akan pernah surut menghadapi beratnya resiko. Dakwah harus selalu eksis. Dakwah sebagai poros kehidupan harus selalu ada untuk mengganti mindset-mindset lain yang bisa menjadi perusak pertumbuhan Islam itu sendiri. Maka tentu saja pilihan terbaik bagi para pelakon dakwah adalah bertarung dengan mengubah mindset bawaan yang keluar jalur hingga tegak mindset yang seharusnya, mindset yang benar, mindset Islam. Islam yang _kaffatan, kamilatan wa syumuliatan_.
Siap berdakwah? Siaplah mengubah mindset.
Fauziah Ummu Umair
0 Komentar
Belum ada pesan